Kamis, 12 Juli 2012

Mimpi Yang Sempat Terlupakan


Sabtu 7 Juli 2012 sepertinya menjadi sabtu yang tidak biasa untuk saya. Pagi-pagi saya sudah menyusuri jalan kampus. Bukan untuk pergi kuliah tentunya, karena hari Sabtu tidak ada jadwal kuliah di kampus saya. Perjalanan dari kosan ke gedung yang dituju terasa begitu cepat berlalu. Perjalanan pagi yang dingin, tapi begitu menyengat semangat saya. Ya, menyengat semangat saya karena hari itu saya sudah niatkan untuk mencari ilmu mengenai jurnalistik lebih khususnya tentang menulis.
Diklat Jurnalistik, mungkit diklat ini terdengar biasa karena sudah sering dilakukan. Entah kenapa, semangat saya terus meninggi untuk mengikuti acara itu. Saya merasa yakin bahwa di acara tersebut saya akan menemukan sesuatu yang saya cari. Tepat pukul 08.30 saya sampai di gedung yang dituju. Tidak seperti biasanya, kursi terdepan saya duduki.
Dalam acara Diklat Jurnalistik tersebut perserta dibagi dalam 3 kelas, kelas redaksi, kelas reporter, dan kelas artistik. Bagi yang sudah cukup mengenal saya, pasti sudah dapat menebak saya mengambil kelas apa. Tepat sekali, saya memilih kelas redaksi. Memilih kelas redaksi bukan berarti karena saya sudah paham mengenai apa itu redaksi. Alasannya adalah karena saya merasa tidak cocok di kelas reporter dan kelas artistik. Saya bukan orang yang pandai dalam mewawancarai seseorang dan juga kemampuan saya dalam mendesain masih sangat dasar.
Materi pertama mengenai jurnalisme pun dimulai. Isi materi begitu menarik untuk saya. Saya merasa sedang diajak untuk mejelajahi jalan yang tidak asing. Saya bukan pengamat politik, tapi saya senang membaca atau menonton berita terkini baik itu dari dunia politik, sains, teknologi, sosial dan sebagainya. Ketika saya menonton atau membaca berita di rumah, ayah saya sering menjadi teman berdiskusi sekaligus berdebat mengenai isi berita atau mengenai pemberitaan yang dirasa tidak sesuai kenyataan.
Materi yang saya tunggu-tunggu akhirnya tiba. Materi tentang redaksi. Saya belum begitu paham tentang redaksi. Yang menjadi alasan kedua mengapa saya memilih kelas redaksi adalah karena saya suka menulis. Ternyata memang dalam materi redaksi dibahas mengenai menulis. Tidak hanya materi tentunya, tapi ada juga latihan-latihan menulis. Dalam materi ini, saya merasakan sensasi yang membuat saya asyik mengikutinya.
Saya merasa ditunjukkan jalan untuk menemukan sesuatu yang saya inginkan. Ya, dalam acara tersebut saya merasa menemukan kembali mimpi yang sempat terlupa. Mimpi seorang saya yang masih bocah yang dengan lantang dan yakinnya ingin menjadi penulis. Teringat masa SD, ketika ada lomba mata pelajaran saya dengan tegas memilih lomba sinopsis bahasa Indonesia walau diajak ikut mata pelajaran matematika. Saat itu saya merasa ada sesuatu yang mengasyikkan ketika saya belajar untuk lomba sinopsis. Membaca suatu cerita atau bacaan, kemudian membuat sinopsisnya dalam tulisan dan diakhiri dengan menceritakan langsung sinopsisnya adalah kegiatan menyenangkan untuk saya.
Sepertinya kebiasaan mamah membacakan cerita ketika saya kecil mempengaruhi kesukaan saya dalam membaca dan menceritakannya lagi baik itu lewat tulisan maupun cerita langsung. Jika dilihat dari kriteria penulisan yang baik, tentu masih banyak sekali kekurangan dari tulisan-tulisan saya. Akan tetapi, saya sangat menikmati ketika saya menuangkan ide, cerita atau pendapat lewat tulisan.
Mimpi menjadi seorang penulis adalah mimpi yang sempat terlupa. Ya, terlupa karena saya sudah lama mendiamkannya tanpa mengasah dan menyalurkannya. Terkadang banyak ide untuk menulis, tapi tak sempat menuliskannya hingga terlupakan. Setelah saya temukan kembali mimpi itu, saya akan berusaha untuk mewujudkannya. Walaupun jurusan yang sedang saya jalani sekarang adalah matematika, tapi itu tidak menutup kemungkinan untuk terus mengasah dan menyalurkan hobi saya dalam menulis. Adalah suatu hal yang bisa diwujudkan untuk menjadi seorang guru matematika dan penulis.
^_^
Chy_100712
11.00 pm

El-Scene

Hmm, entah kapan tepatnya nama el-scene itu dicetuskan, yang pasti itu tercetus ketika saya menginjak kelas XI kurang lebih dua tahun yang lalu. El-scene (eleven science one), walaupun agak sedikit maksa, tapi menurut saya itu yang dinamakan kreatif,hhe.. Berbagai jenis karakter manusia ada di el-scene, mulai dari yang terlihat pendiam sampai yang paling heboh. Dimulai di kelas yang sangat kita cintai, yaitu Jungle of Single. Entah apa maksud sebenarnya dari nama itu, tapi di ruangan yang cukup luas itu kita sering habiskan waktu bersama.
Kelas XI sepertinya menjadi tahun puncak tugas-tugas untuk kita. Seabrek tugas selalu menyertai hari-hari kita. Stress dengan tugas?? Yaah, itu sering kali kita rasakan apalagi jika sudah bentrok dengan ujian-ujian yang luar biasa (*terutama fisika,hhe). Tapi banyaknya tugas dan ujian itu tidak membuat warga el-scene kehilangan waktu untuk menonton loh, hhe. U**ra D**k sepertinya menjadi salah satu tempat favorit warga el-scene untuk menghilangkan penat. Nonton bareng di kelas sudah jadi tradisi bahkan sampai kita menginjak kelas XII yang ternyata kita semua ditakdirkan untuk sekelas lagi.
Oia, bicara prestasi. Warga el-scene patut bangga dengan prestasi-prestasi yang pernah diraihnya. Dalam perlombaan nasyid el-scene pernah mengecap manisnya menjadi juara. Hmm, tapi jangan tanyakan tentang kompetisi olahraga,Ok?. Sepertinya el-scene tidak ditakdirkan menjadi juara dalam kompetisi olahraga, baik itu futsal atau yang lainnya. Eit, tapi kalau masalah semangat juang dan supporter, el-scene juaranya,hha*narsis. Mungkin karena jumlah warga el-scene lebih sedikit dibandingkan warga kelas lainnya, jadi rasa kekeluargaan kita sangat terasa. Ada juga ga enaknya sih jumlah warga kelas lebih sedikit dari yang lainnya. Mau tahu ga enaknya kenapa? Ga enaknya itu giliran ada iuran kelas,hhihi..(*tahu maksudnya kan?,)
Inget juga ketika ada perlombaan menghias kelas. Masa-masa yang sangat berkesan. Warga el-scene berjuang mati-matian untuk memberikan yang terbaik (*sepertinya kata-katanya agak berlebihan ya?). Kita semua berjuang untuk menjadi pemenang, tapi bukan itu sih tujuan utamanya. Toh kalau kelas dibuat senyaman mungkin, kita sendiri yang dapat manfaatnya kan. El-scene menghias kelasnya dengan tema Jungle of Single di kelas XI dan Empat Musim di kelas XII. Di kelas XI el-scene berhasil menjadi juara, tapi sayang di kelas XII ternyata perlombaan menghias kelas tidak diadakan lagi -_-“. Walaupun ga jadi dilombakan, hasilnya itu luar biasa. Kelas menjadi sangat nyaman dengan tema Empat Musimnya. Mungkin karena itu juga, warga el-scene terkenal sangat betah berlama-lama di kelasnya (walaupun alasan lainnya adalah karena mengerjakan tugas juga sih).
Waah, kalau semua tentang el-scene diceritakan disini, kayanya butuh ratusan lembar lagi nih,.hhe.. Tapi, yang pasti semuanya itu sangat berkesan. Mulai dari pertemuan awal, study tour, kegiatan di sekolah, kegiatan di kelas seperti ngaji bareng sebelum belajar, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Bersyukur rasanya ditakdirkan untuk bertemu dengan teman-teman yang unik dan luar biasa termasuk juga guru-guru yang luar biasa. Bersyukur juga telah melewati masa-masa SMA yang unik dan mengesankan (*menurut saya, he...)
Tidak terasa, masa-masa itu sudah terlewati. Sekarang warga el-scene tengah berjuang untuk meraih mimpi dan mewujudkan cita-cita. Untuk semua warga el-scene, tetap semangat raih mimpimu dan wujudkan cita-citamu … Dengan do’a dan usaha, I believe that we can get our dream, because we are special..hhe… Semoga kita semua selalu ada dalam ridhaNya,Aamiin…
Ganbatte kudasai,.