Selasa, 21 Juni 2016

Hadiah Terbaik Itu



Setelah 11 bulan berjuang, maka di bulan inilah kita diberikan jamuan, pelatihan dan amunisi agar kita dapat melanjutkan perjuangan di 11 bulan berikutnya Bulan spesial ini selalu datang sebagai pelepas dahaga. Begitu pun dengan ramadhan kali ini. Ramadhan untuk pertama kalinya saya jalani di lingkungan sekolah tempat dimana saya mengajar. Kegiatannya tidak jauh berbeda sebenarnya. Hanya saja ada salahhsatu program yang dikhususkan untuk bulan ramadhan ini. Yaitu tasmi Al Quran 30 juz dalam waktu 2 hari. Tasmi ini dilaksanakan di masing-masing Masjid putra dan putri oleh seorang hafidz dan hafidzah.

Bagi saya, ini adalah salahsatu pengalaman luar biasa. Menyaksikan bagaimana seorang hafidzah mentasmikan hafalannya sebanyak 30 juz dalam 2 hari. Dari awal saya mengajar di sini, program tahfidz untuk siswa/siswi di sini adalah program yang membuat saya kagum. Betapa beruntungnya mereka yang sejak dini telah menghafal Al Quran.  Rasa optimis selalu menyeruak kala membayangkan bahwa kelak Bangsa ini akan diisi oleh mereka, generasi para penghafal dan pengamal Al Quran.

Rasa iri pun tidak bisa saya tahan, setiap kali melihat seorang hafidz/hafidzah. Bagaimana tidak, mereka mampu menghafal Al Quran 30 juz dan mempersembahkan hadiah terbaik untuk kedua orangtuanya di surga nanti. Kebahagiaan yang luar biasa ketika seorang anak dapat memberikan hadiah terbaik itu untuk kedua orangtuanya sebagai salasatu tanda bakti. Itu lah alasan mengapa rasa iri saya tak dapat saya tahan.

Saya sadar, saya tidak boleh hanya terhenti pada rasa iri itu. Tapi saya harus bergerak bagaimana agar saya pun dapat memberikan hadiah terbaik itu untuk kedua orangtua saya kelak. Sempat terlintas dalam pikiran saya, bagaimana jika saya meninggal sebelum saya dapat menghafalkan 30 juz Al Quran? Pertanyaan dalam benak saya itu pun terjawab ketika seorang ustadz menjelaskan bahwa Allah itu melihat bagaimana proses kita. Bahkan rasa pesimis dari banyak orang yang mengatakan sulit untuk bisa menghafal Al Quran dengan berbagai alasan seperti waktu yang sedikit karena kesibukan, usia yang sudah tua sehingga susah ingat dan cepat lupa, atau alasan lainnya juga terjawab dengan penjelasan tadi. Kemampuan dan kondisi setiap orang berbeda-beda. Maka yang terpenting adalah jangan pernah berhenti berusaha dan kuatkan tekad. Allah maha menyaksikan setiap ikhtiar hambaNya.

Ramadahan adalah bulan Al Quran. Maka ini merupakan momen yang tepat untuk melatih kita agar senantiasa dekat dengan Al Quran. Selama napas masih membersamai, maka tidak ada kata berhenti untuk mempelajari ilmuNya. Dalam Al Quran lah terdapat petunjuk, pembeda yang haq & bathil, penyembuh, serta pedoman agar kita sampai pada tujuan kita. Karena tujuan kita bukanlah dunia ini. Dunia ini adalah tempat persinggahan sementara serta tempat kita beramal sebelum kita berpulang ke alam yang abadi yaitu akhirat. Tidak ada kata terlambat bagi orang yang mau memperbaiki diri. Yang penting adalah bagaimana kita menggunakan kesempatan yang masih ada untuk menjadi lebih baik. Kata kuncinya adalah mulailah dari sekarang.

Al Quran yang tersimpan rapi di sudut lemari itu senantiasa menunggu. Ia tidak ingin hanya dijadikan sebagai pajangan lemari atau sekadar koleksi perpustakaan mini di rumah. Ia lebih bahagia jika ia lecek atau bahkan covernya beberapa kali diperbaiki setelah terlepas karena seringnya ia dibaca. Maka mulailah membacanya, mentadaburinya, menghafalnya, mempelajarinya dan yang paling utama adalah jangan lupa untuk mengamalkannya.

14062016