“Ibu saya tidak bekerja, hanya ibu rumah tangga.” Beberapa kali saya mendengar kalimat ini terlontar dari seorang anak. Atau kalimat ini : “untuk apa perempuan itu sekolah tinggi-tinggi kalau nantinya juga hanya jadi ibu rumah tangga.” Mendengar kalimat-kalimat tersebut, telinga saya tak nyaman rasanya. Mulut ini kadang tak tertahan untuk berkomentar.
Bagi
sebagian masyarakat masih melekat kuat pandangan bahwa jika seorang perempuan
itu hanya menjadi ibu rumah tangga (tidak bekerja/berkarir) maka tak ada yang
spesial yang bisa dibanggakan darinya. Rata-rata masyarakat berpandangan bahwa
perempuan sukses itu adalah perempuan yang bekerja dengan penghasilan yang
besar, mampu membeli mobil, perhiasan tanpa perlu menunggu nafkah dari
suaminya.
Pandangan
mayoritas masyarakat ini pun ternyata berpengaruh pada pandangan anak terhadap
ibunya. Beberapa anak merasa bahwa tak ada yang patut dibanggakan jika ibunya
hanya ibu rumah tangga dan mereka lebih bangga jika ibunya sibuk bekerja di
luar, banyak menghasilkan uang. Jika memang orientasi utama dalam kehidupan ini
adalah materi, maka pandangan-pandangan seperti itulah yang akan muncul. Sukses
atau tidaknya perempuan hanya dipandang dari satu sisi saja, yaitu materi.
Padahal
pada hakikatnya dalam kehidupan ini kebahagiaan hakiki itu bukan terletak pada
materi. Kata siapa?? Terlalu banyak contoh yang menjadi bukti bahwa berlimpah
materi tak menjamin kehidupan itu akan bahagia. Salah satu hal yang paling
mengusik saya adalah ketika seorang anak tak bangga dengan ibunya bahkan
terkesan malu, hanya karena ibunya tidak bekerja (ibu rumah tangga).
Jika
ibu mu adalah ibu rumah tangga, maka kamu patut berbangga dengannya. Bagaimana
tidak? Dia adalah orang yang luar biasa sukses. Dia seorang guru yang paling
sabar, mengajarkanmu segalanya. Tak hanya pelajaran di sekolah seperti
matematika dan yang lainnya tapi ia juga mengajarkanmu tentang kehidupan ini
semenjak kamu masih dalam kandungannya. Ya, ia adalah madrasah pertamamu. Dia
seorang koki yang hebat. Apapun makanan yang kau sukai, ia pasti akan
memasakannya untukmu. Dan taukah kamu? Ada rasa yang berbeda ketika kamu
memakannya bukan? Makanan seorang ibu akan nyaman di lidahmu. Karena ada kasih sayang
tulus yang menjadi bumbu rahasia. Dia adalah dokter paling keren. Ketika kamu
sakit, bahkan hanya dengan pelukannya saja kamu akan merasakn ada energi yang menjadikan
tubuhmu lebih kuat. Dua tahun ia berikan ASI untukmu agar benteng pertahanan
tubuhmu kokoh. Semuanya itu ibu mu lakukan dengan penuh keikhlasan hanya
untukmu. Dia adalah menteri keuangan yang cerdas. Mengelola keuangan di rumah tangga
agar dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Termasuk mengelola keuangan untuk kebutuhan
mu saat ini dan di masa depan. Tak ada lagi alasan untuk tak berbangga jika ibu
mu adalah ibu rumah tangga.
Jika
ibu mu itu bekerja. Maka kamu tak kalah harus berbangga padanya. Bagaiamana
tidak? Ketika ibu mu masih lelah karena baru pulang bekerja, dengan sabar ia
membantumu mengerjakan PR dan membimbingmu belajar. Dia bangun begitu pagi agar
bisa mempersiapkan makanan untuk sarapanmu sebelum ia pergi bekerja.
Sepulangnya bekerja, ia selalu dengan sigap mendengarkan ceritamu, menanggapi
rengekanmu dengan senyuman, menemanimu sampai kamu tertidur lelap walaupun
lelah masih hinggap di tubuhnya. Ketika kamu sakit. Walaupun hanya sedikit
demam, ia akan rela ijin tak bekerja untuk menemanimu. Karena baginya bekerja
ketika kamu sakit akan membuat pikirannya tak fokus, teringat terus kamu. Luar
biasa bukan ibumu? Bukan uang yang menjadi tujuan utama ia bekerja. Karena baginya,
kamu itu tak dapat ditandingkan dengan uang sebanyak apapun itu. Kamu begitu
berharga baginya. Betapa cerdasnya ia. Mengatur waktu dan segalanya, agar
pekerjaan tak menjadikan dirimu kehilangan sosok ibu. Dia tetap menjalankan
perannya sebagai ibu untukmu.
Ibu
mu ibu rumah tangga atau pun ibu mu itu bekerja, kamu patut berbangga
padanya.
Lalu
bagaimana denga ibu yang sibuk bekerja di luar tanpa bisa menjalankan tugasnya
sebagi seorang ibu? Justru di situ lah kesuksesan seorang perempuan diuji. Perempuan
yang sukses bukan dilihat dari ia bekerja atau tidak. Tak terletak pada
besarnya pengahasilan per bulan. Tapi terletak pada kemampuannya menjalankan
perannya sebagai seorang ibu untuk anak-anaknya dan seorang istri untuk
suaminya. Maka kuno rasanya bagi yang masih beranggapan : ”untuk apa sekolah
tinggi-tinggi jika nantinya hanya jadi ibu rumah tangga.” Justru untuk
menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga diperlukan banyak ilmu. Maka jangan
lagi aneh melihat seorang perempuan dengan gelar doktor tidak bekerja diluar,
menjadi ibu rumah tangga Bukan berarti hanya yang berpendidikan tinggi yang
bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik. Tapi dibutuhkan banyak ilmu untuk
dapat menjalankan tugas ibu rumah tangga dengan baik. Tingginya tingkat
pendidikan seseorang tak selalu berbanding lurus dengan ilmu yang ia miliki.
Ilmu bisa diperoleh dimana pun. Tak hanya melalui pendidikan formal. Bukankah
Allah telah menebarkan ilmuNya di muka bumi ini. Maka pantaslah bahwa kewajiban
menuntut ilmu itu dari mulai lahir sampai nafas ini tak lagi ada. Begitu pun
untuk seorang ibu dan calon ibu, tak akan pernah berhenti untuk selalu belajar
hingga ajal menjemput.
Semoga
tulisan ini bermanfaat.
Suchy_15/5/2014
23.00