Masa
depan adalah sebuah misteri. Bahkan satu detik kedepan saja kita tidak dapat
mengetahui apa yang akan terjadi. Termasuk masalah jodoh. Dalam hidup saya,
misteri siapa jodoh saya adalah hal yang paling membuat saya penasaran dan excited. Siapakah dia yang kelak akan
membersamai saya dalam langkah ini? Pertanyaan yang hanya bisa saya jawab
dengan terus berusaha memperbaiki diri dan berdo’a untuk diberikan yang
terbaik.
Saya
termasuk orang yang tidak setuju bahwa berpacaran adalah salahsatu bentuk usaha
(ikhtiar) untuk mendapatkan jodoh dan lebih mengenal pasangan kita kelak.
Alasannya? Ah, rasanya terlalu banyak alasan yang bisa diungkapkan untuk itu.
Untuk saat ini saya tidak akan membahas itu.
Seperti
apa suami saya kelak? Apakah dia orang yang benar-benar saya kenal? Atau teman
ketika sekolah dulu? Teman kuliah? Teman satu organisasi? Itulah serentetan
pertanyaan yang dulu muncul dalam pikiran dan tentu saja saya selalu menanti
jawabannya. Ahad, 18 September 2016 akhirnya pertanyaan-pertanyaan saya tentang
dia terjawab sudah. Ketika janji sakral itu terucap, maka benarlah bahwa dia
adalah jawaban atas segala do’a saya selama ini. Dialah jodoh saya. Seseorang
yang akan membersamai langkah saya. Seseorang yang menjadi imam saya. Dan
seseorang yang akan menjadi teman hidup saya selamanya.
Ternyata
dia adalah teman saya ketika SMP dulu. Saya mengenalnya untuk pertama kali
ketika kami duduk di kelas 8 SMP. Dengan berakhirnya masa SMP, maka berakhir
pula komunikasi di antara kami. Kami sekolah di SMA yang berbeda. Saya dan dia
sibuk dengan kehidupan masing-masing. Mengejar cita-cita diri kami
masing-masing.
Delapan
tahun berlalu setelah masa SMP berakhir. Cita-cita saya mulai terwujud saatu
per satu. Saya lulus kuliah dan menjadi seorang guru matematika. Dia mulai
membuka kembali komunikasi di antara kami. Dan ternyata komunikasinya berakhir
pada permintaan dia untuk berta’aruf (berkenalan) menuju tahapan lebih serius
(pernikahan). Saya pelajari mengenai dia yang sekarang melalui apa-apa yang
disampaikannya.
Setelah
melalui proses yang cukup panjang, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan
proses ini. Kenapa prosesnya cukup panjang? Waktu itu saya masih berpikiran
bahwa saya belum siap untuk menikah dalam waktu dekat dan masih ada cita-cita
yang ingin saya wujudkan yang menurut pandangan saya ketika itu, cita-cita
tersebut tidak dapat diwujudkan jika saya sudah menikah. Istikhoroh dan
tentunya do’a restu orangtua lah yang membantu saya menemukan jawaban pada
akhirnya. Setiap petunjuk yang diberikan semakin membuat saya yakin untuk
melangkah menuju pernikahan ini. Kami ditemani mahram kami masing-masing bertemu
untuk berta’aruf langsung. Kemudian kami memutuskan untuk melanjutkan
prosesnya. Lalu dia pun mendatangi kedua orangtua saya. Sampai pada akhirnya
dia mengkhitbah saya pada 11 Juli 2016.
Lalu
bagaimana saya bisa yakin bahwa dia adalah orangnya (Mr Right)? Dulu saya pun sempat berpikiran bahwa saya akan sulit
menemukan pasangan yang cocok dengan saya. Bukan karena saya menginginkan
pasangan yang ideal / sempurna tapi lebih karena saya yang merasa sulit untuk
menemukan seseorang yang sejalan dengan saya yang bisa menerima saya yang
sedikit perfectionist, keras kepala, introvert dan segala karakter lainnya
yang ada pada diri saya.
Akan
tetapi, pada dirinya saya merasa yakin bahwa dia mau menerima dan menyayangi
saya seutuhnya. Pada dirinya saya merasa yakin bahwa kami memiliki tujuan yang
sama dalam berlayar di kehidupan ini. Pada dirinya saya merasa yakin bahwa dia
bisa memimpin saya menjadi sosok yang lebih baik lagi. Dan pada dirinya saya
merasa yakin karena dia adalah seseorang yang orangtua saya ridhoi sebagai
orang yang akan mengambil alih tanggungjawab atas saya semenjak ijab qobul
terucap hingga selamanya.
Ini
adalah lembaran awal dari kisah kami, saya dan dia. Kami yang ditakdirkan
berjodoh oleh Nya. Kami yang bersama bukan karena kami sempurna. Tapi justru
dari ketidaksempurnaan yang kami miliki itu lah kami berusaha untuk saling
memperbaiki dan melengkapi. Satu yang sangat kami inginkan adalah keridhoan dan
keberkahanNya dalam kehidupan kami sehingga kami dapat digolongkan sebagai
orang yang saling mencintai karenaNya yang kelak akan dikumpulkan kembali di
surgaNya.
09.30pm
26092016