Sabtu, 12 Juli 2014

Tidak Ada Alasan Untuk Tidak Peduli Palestina



Akhir-akhir ini berita begitu ramai membicarakan beberapa peristiwa besar di dunia ini. Pertama, berita Piala Dunia. Ajang 4 tahunan yang banyak menyedot perhatian terutama untuk para penggemar sepak bola. Kedua, Pemilihan Presiden di Indonesia. Agenda 5 tahun sekali yang rutin bangsa Indonesia laksanakan sejak tahun 2004. Dan yang ketiga adalah berita penyerangan Israel ke jalur Gaza. Ketiga peristiwa besar tersebut bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Berita ketiga menjadi berita yang begitu memilukan bagi saya. Bagaimana tidak? Untuk kesekian kalinya Palestina tepatnya jalur Gaza dibombardir Israel. Berbagai dalih disampaikan pihak Israel untuk membenarkan tindakannya menyerang jalur Gaza. Tidak ada satu pun rasionalisasi mereka yang rasional.

Mereka berdalih bahwa pejuang Palestina yang membuat mereka melakukan serangan itu. 3 orang yahudi yang ditemukan tewas setelah hilang beberapa hari merupakan salah satu alasan mereka. Mereka menuding bahwa pejuang Palestina lah yang membunuhnya. Padahal tidak ada sedikitpun bukti yang mengarah bahwa pejuang Palestina adalah pelakunya. 

Mereka mengatakan itu adalah serangan balasan atas serangan roket Pejuang Palestina. Roket rakitan pejuang Palestina mereka balas dengan meluncurkan ratusan roket mutahir ke jalur Gaza. Mereka yang memiliki teknologi kubah besi tidak mudah ditembus roket rakitan pejuang Palestina. Kubah besi adalah teknologi yang dapat mencegah serangan roket yang menuju daerah-daerah penting di Israel. Dengan kubah besi itu, roket yang menuju daerah penting di Israel akan dihancurkan di udara. Hanya roket yang menuju daerah tidak penting seperti lahan kosong lah  yang akan sampai (tidak dihancurkan). Kubah besi, teknologi canggih yang tentunya menguras kantong untuk membuatnya. Israel tidak khawatir akan hal itu, sahabatnya tercinta (Amerika Serikat) dengan senang hati membantu pembuatan kubah besi itu. Palestina? Jangankan kubah besi secanggih itu, senjata yang mereka gunakan untuk membela diri saja adalah senjata rakitan sendiri. Sudah sejak lama mereka diblokade. Terlalu tidak seimbang kekuatan senjata antara Israel dan Plaestina.

Mereka mengatakan bahwa yang diserang adalah rumah dan markas pejuang Palestina yang tentunya sangat mereka benci. Kenyataannya? Berbagai fasilitas umum pun dihancurkan. Mesjid, Sekolah, Rumah Sakit ikut hancur. Korban? Tidak perlu ditanyakan lagi. Semakin tidak seimbang. Berita terakhir mengatakan sebanyak 122 orang Palestina meninggal dunia. Mereka mengatakan bahwa yang mereka serang adalah pejuang Palestina yang mengganggu mereka. Tapi puluhan warga sipil yang sama sekali tidak mepersenjatai diri seperti anak-anak, wanita, bahkan ibu hamil menjadi korban. Ini bukan penyerangan lagi, tapi ini adalah sebuah pembantaian. Dan lagi-lagi dan adidaya tidak menunjukkan taringnya.

Pejuang palestina adalah orang-orang yang memperjuangkan kemerdekaan negaranya. Pejuang Palestina adalah saudara kita yang tengah berjuang untuk mempertahankan bangsanya dari penjajahan. Bagaimana mungkin saudara kita ini berdiam diri menyaksikan tanah kelahirannya direbut paksa, dijadikan pemukiman yahudi yang mewah. Bagaimana mungkin di dunia modern seperti saat ini dimana kebebasan berpendapat digaungkan sebagai hak asasi manusia penjajahan dan pembantaian dibiarkan begitu saja. Banyak yang mengatidakan, tidak perlu menjadi seorang muslim untuk peduli terhadap Palestina. Cukup dengan menjadi manusia, jika rasa kemanusiaanmu masih ada maka kau akan peduli masalah Palestina.
 
Negara-negara kuat banyak, tapi tidak mampu berbuat banyak untuk Palestina. Apakah HAM tidak berlaku untuk manusia di Palestina? Negara-negara muslim yang kekayaannya luar biasa jumlahnya tidak sedikit. Lalu kemana mereka? Bahkan untuk sekedar bersuara lantang membela Palestina pun mereka tidak ada nyali. Hati nurani mereka terkubur kemewahan duniawi. 

Tidak sedikit pula muslim yang masih bertanya, mengapa kita harus membela dan peduli terhadap Paestina? Sebagai manusia (yang masih memiliki rasa kemanusiaan) saja, seharusnya kita sudah dapat peduli terhadap Palestina. Apalagi jika kita adalah seorang muslim. Yang tengah dijajah dan disakiti di Palestina itu adalah saudara seiman kita. Apalagi jika kita adalah seorang muslim. Yang tengah dibombardir itu satu tubuh dengan kita, ketika salah satu anggota tubuh merasakan sakit maka seluruh anggota tubuh lain pun ikut merasakan sakit. Apalagi jika kita seorang muslim. Yang tengah dihancurkan itu adalah tempat dimana masjid al aqsho berada. Kiblat pertama kita. Salah satu tempat dimana Rasulullah yang kita cintai mengalami peristiwa isra mi’raj. Apalagi jika kita adalah seorang muslim. Bumi yang tengan digempur itu adalah bumi para nabi. Beberapa nabi lahir disana. Apalagi jika kita adalah seorang muslim. Begitu banyak alasan untuk peduli terhadap Palestina. Lalu masih kah bertanya kenapa harus peduli terhadap Palestina?

Tidak ada lagi alasan untuk tidak membela dan peduli terhadap Palestina. Terlebih jika kita adalah seorang muslim. Ekspresikan kepedulian kita terhadap saudara kita disana. Yakinkan saudara kita bahwa mereka tidak berjuang sendiri. Kita berada di barisan yang sama, memperjuangkan kemerdekaan Palestina, membebaskan al aqsho. Lakukan apapun sesuai kemampuan kita untuk membantu saudara kita saat ini. Dengan tenaga, harta, apapun itu yang bisa meringankan beban saudara kita. Tidak lupa, selalu do’akan saudara kita. Saudara kita yang belum bisa merasakan kenyamanan seperti yang kita rasakan. Saudara kita yang tengah berjuang di jalanNya dimanapun mereka berada.

Suchy.L.Pratiwi
Sabtu, 11072014
11.30 pm


Kamis, 15 Mei 2014

Kesuksesan Seorang Perempuan


 “Ibu saya tidak bekerja, hanya ibu rumah tangga.” Beberapa kali saya mendengar kalimat ini terlontar dari seorang anak. Atau kalimat ini : “untuk apa perempuan itu sekolah tinggi-tinggi kalau nantinya juga hanya jadi ibu rumah tangga.” Mendengar kalimat-kalimat tersebut, telinga saya tak nyaman rasanya. Mulut ini kadang tak tertahan untuk berkomentar.
Bagi sebagian masyarakat masih melekat kuat pandangan bahwa jika seorang perempuan itu hanya menjadi ibu rumah tangga (tidak bekerja/berkarir) maka tak ada yang spesial yang bisa dibanggakan darinya. Rata-rata masyarakat berpandangan bahwa perempuan sukses itu adalah perempuan yang bekerja dengan penghasilan yang besar, mampu membeli mobil, perhiasan tanpa perlu menunggu nafkah dari suaminya.
Pandangan mayoritas masyarakat ini pun ternyata berpengaruh pada pandangan anak terhadap ibunya. Beberapa anak merasa bahwa tak ada yang patut dibanggakan jika ibunya hanya ibu rumah tangga dan mereka lebih bangga jika ibunya sibuk bekerja di luar, banyak menghasilkan uang. Jika memang orientasi utama dalam kehidupan ini adalah materi, maka pandangan-pandangan seperti itulah yang akan muncul. Sukses atau tidaknya perempuan hanya dipandang dari satu sisi saja, yaitu materi.
Padahal pada hakikatnya dalam kehidupan ini kebahagiaan hakiki itu bukan terletak pada materi. Kata siapa?? Terlalu banyak contoh yang menjadi bukti bahwa berlimpah materi tak menjamin kehidupan itu akan bahagia. Salah satu hal yang paling mengusik saya adalah ketika seorang anak tak bangga dengan ibunya bahkan terkesan malu, hanya karena ibunya tidak bekerja (ibu rumah tangga).
Jika ibu mu adalah ibu rumah tangga, maka kamu patut berbangga dengannya. Bagaimana tidak? Dia adalah orang yang luar biasa sukses. Dia seorang guru yang paling sabar, mengajarkanmu segalanya. Tak hanya pelajaran di sekolah seperti matematika dan yang lainnya tapi ia juga mengajarkanmu tentang kehidupan ini semenjak kamu masih dalam kandungannya. Ya, ia adalah madrasah pertamamu. Dia seorang koki yang hebat. Apapun makanan yang kau sukai, ia pasti akan memasakannya untukmu. Dan taukah kamu? Ada rasa yang berbeda ketika kamu memakannya bukan? Makanan seorang ibu akan nyaman di lidahmu. Karena ada kasih sayang tulus yang menjadi bumbu rahasia. Dia adalah dokter paling keren. Ketika kamu sakit, bahkan hanya dengan pelukannya saja kamu akan merasakn ada energi yang menjadikan tubuhmu lebih kuat. Dua tahun ia berikan ASI untukmu agar benteng pertahanan tubuhmu kokoh. Semuanya itu ibu mu lakukan dengan penuh keikhlasan hanya untukmu. Dia adalah menteri keuangan yang cerdas. Mengelola keuangan di rumah tangga agar dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Termasuk mengelola keuangan untuk kebutuhan mu saat ini dan di masa depan. Tak ada lagi alasan untuk tak berbangga jika ibu mu adalah ibu rumah tangga.
Jika ibu mu itu bekerja. Maka kamu tak kalah harus berbangga padanya. Bagaiamana tidak? Ketika ibu mu masih lelah karena baru pulang bekerja, dengan sabar ia membantumu mengerjakan PR dan membimbingmu belajar. Dia bangun begitu pagi agar bisa mempersiapkan makanan untuk sarapanmu sebelum ia pergi bekerja. Sepulangnya bekerja, ia selalu dengan sigap mendengarkan ceritamu, menanggapi rengekanmu dengan senyuman, menemanimu sampai kamu tertidur lelap walaupun lelah masih hinggap di tubuhnya. Ketika kamu sakit. Walaupun hanya sedikit demam, ia akan rela ijin tak bekerja untuk menemanimu. Karena baginya bekerja ketika kamu sakit akan membuat pikirannya tak fokus, teringat terus kamu. Luar biasa bukan ibumu? Bukan uang yang menjadi tujuan utama ia bekerja. Karena baginya, kamu itu tak dapat ditandingkan dengan uang sebanyak apapun itu. Kamu begitu berharga baginya. Betapa cerdasnya ia. Mengatur waktu dan segalanya, agar pekerjaan tak menjadikan dirimu kehilangan sosok ibu. Dia tetap menjalankan perannya sebagai ibu untukmu.
Ibu mu ibu rumah tangga atau pun ibu mu itu bekerja, kamu patut berbangga padanya. 
Lalu bagaimana denga ibu yang sibuk bekerja di luar tanpa bisa menjalankan tugasnya sebagi seorang ibu? Justru di situ lah kesuksesan seorang perempuan diuji. Perempuan yang sukses bukan dilihat dari ia bekerja atau tidak. Tak terletak pada besarnya pengahasilan per bulan. Tapi terletak pada kemampuannya menjalankan perannya sebagai seorang ibu untuk anak-anaknya dan seorang istri untuk suaminya. Maka kuno rasanya bagi yang masih beranggapan : ”untuk apa sekolah tinggi-tinggi jika nantinya hanya jadi ibu rumah tangga.” Justru untuk menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga diperlukan banyak ilmu. Maka jangan lagi aneh melihat seorang perempuan dengan gelar doktor tidak bekerja diluar, menjadi ibu rumah tangga Bukan berarti hanya yang berpendidikan tinggi yang bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik. Tapi dibutuhkan banyak ilmu untuk dapat menjalankan tugas ibu rumah tangga dengan baik. Tingginya tingkat pendidikan seseorang tak selalu berbanding lurus dengan ilmu yang ia miliki. Ilmu bisa diperoleh dimana pun. Tak hanya melalui pendidikan formal. Bukankah Allah telah menebarkan ilmuNya di muka bumi ini. Maka pantaslah bahwa kewajiban menuntut ilmu itu dari mulai lahir sampai nafas ini tak lagi ada. Begitu pun untuk seorang ibu dan calon ibu, tak akan pernah berhenti untuk selalu belajar hingga ajal menjemput.   
  Semoga tulisan ini bermanfaat.
Suchy_15/5/2014
23.00